Kanker Lambung Bagian 2: Dia memilih kemoterapi. Setelah dua siklus dia menyerah dan kembali minum herbal CA Care. Mengapa?

DK adalah dari Indonesia. Dia didiagnosis mengidap kanker lambung oleh seorang dokter di Penang.

Dari Penang, dia pergi ke Singapura mencari pendapat kedua. Dia mendapat saran yang sama. Setelah operasi, ia membutuhkan kemoterapi. Tidak ada dua cara untuk hal itu.

Di Singapura, operasi akan menelan biaya SGD60.000 sementara kemoterapi biaya SGD40.000. Totalnya sekitar SGD100.000.

Pada awal Agustus 2017, DK kembali ke satu lagi rumah sakit swasta di Penang dan memutuskan untuk menjalani operasi di sini. Seluruh lambungnya diangkat (gambar di bawah). Biaya operasi adalah RM50.000. Dia tinggal di rumah sakit selama sekitar sepuluh hari.

Laporan histopatologi menunjukkan adenokarsinoma usus berdiferensiasi. T3N1Mx, setidaknya Stadium 3A.

Setelah operasi, DK dirujuk ke ahli onkologi yang mengatakan DK membutuh delapan siklus kemoterapi. Obat yang digunakan adalah: infus Oxaliplatin dan obat minum TS-One. Total biaya perawatan adalah sekitar RM50.000 (ambil perhatian: total biaya operasi dan kemoterapi di Penang tiga kali lebih murah daripada Singapura).

Ahli onkologi di Penang memberitahunya, Tidak masalah. Kemo bisa menyembuhkan. Tetapi jika Anda tidak melakukan kemo, kanker bisa kambuh.

DK datang menemui kami dan mulai minum herbal selama sekitar dua minggu.

Selepas itu ia tidak datang kembali lagi ke CA Care.

Setelah beberapa bulan, pada Januari 2018, DK kembali menemui kami lagi. Apa yang terjadi?

Kami diberitahu bahwa DK berhenti minum ramuan kami. Dia kembali kedapa dokternya untuk kemoterapi. Ini adalah pada bulan November hingga Desember 2017. Setelah dua siklus, DK memutuskan untuk menghentikan kemoterapi dan beralih ke herbal kami lagi.

Kasus DK keluar dari radar saya untuk sementara sampai September / November 2018 ketika istri dan putrinya datang untuk melaporkan kemajuan DK.

Saya tidak tahu mengapa dia memutuskan untuk beralih pengobatan setengah jalan seperti itu. Apakah kamu ingin tahu? Dengarkan penjelasan istrinya.

 

 

Setelah minum herbal selama sekitar dua minggu, ia memilih kemoterapi. Mengapa? Itu bukan karena rasa pahit atau bau herbal yang mengerikan. Sebab yang benar adalah tentang makanan. Mengikuti terapi kami berarti dia harus mengurus dietnya.  Dia tidak bisa makan apa yang dia suka. Ini pembatasan yang tidak cocok dengannya. Jika dia memilih kemoterapi, dokter mengatakan dia bisa makan apa yang dia suka. Bravo!

Setelah dua siklus kemoterapi, DK memutuskan untuk beralih ke herbal kami sekali lagi. Mengapa? Seperti kebanyakan orang tahu, kemoterapi memiliki terlalu banyak efek samping yang parah. DK tidak bisa menerimanya. Jadi dia harus kuai-kuai (dengan baik hati) kembali ke herbal kami.

Setelah minum herbal kami selama sekitar satu tahun, dia baik-baik saja? Sejauh ini baik.

Sementara minum herbal kami, apakah DK menjaga dietnya? Ini adalah pertanyaan juta dolar. Putrinya hanya tersenyum ketika saya bertanya pertanyaan ini. Ya, di rumah, istrinya memastikan dia makan dengan benar. Tapi dia pergi keluar dengan teman-teman sehari-hari. Apa yang ia lakukan tidak ada yang tahu.

Menurut Anda apa yang akan terjadi pada DK? Dugaan Anda sama baiknya dengan saya.

Berikut adalah satu kasus yang mungkin bisa menjadi satu teladan kepada kita semua

Mari kita namakan pasien ini sebagai Jim. Dia juga menderita kanker lambung. Saya sarankan ia mengangkat total lambungnya. Setelah operasi Jim memutuskan untuk tidak menjalani kemoterapi. Ia mau minum herbal kami.

Jim adalah orang yang baik dan ramah. Setiap kali dia datang ke pusat kami, kami selalu mengobrol panjang seperti teman lama. Kami berbicara tentang segalanya.

Pada suatu waktu dia mengatakan ingin menulis buku tentang kisah hidupnya. Saya mendorongnya untuk melakukannya dan menawarkan untuk membantunya mengedit naskah. Kami memulai proyek itu … ya, bab satu selesai!

Selama satu tahun, Jim minum herbal kami. Kesehatannya baik-baik saja.  Dia tampak hebat dan dia merasa hebat.

Jim memberitahu saya bahwa nafsu makannya telah meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan waktu sebelum dia menderita kanker. Tapi ingat, dia tidak punya lambung lagi!

Lalu suatu hari, Jim mengalami sakit perut. Saya sarankannya untuk kembali ke dokter bedahnya (yang juga temannya) dan mencari tahu apa yang terjadi. Ususnya penuh dengan makanan yang tidak dicerna. Jim butuh operasi segera.

Setelah operasi, Jim kembali ke pusat kami lagi. Dia tampak kurus dan capek. Sayangnya, beberapa bulan kemudian dia meninggal. Saya telah kehilangan seorang teman dan pasien dengan begitu cepat.

Beberapa minggu kemudian, putri Jim datang ke pusat kami. Kami duduk dan berbagi kesedihan kami. Pertanyaan saya – apakah Jim benar-benar jaga makanannya? Dengan air mata di matanya, anak perempuan Jim menjawab, TIDAK. Saya bisa merasakan frustrasi dalam putrinya.

Biarkan kebenaran ini diberitahunkan kepada semua pasien. Tidak, Jim tidak mepatuhi pantangan tentang makanannya sejak hari pertama!

Setelah dia pulih dari operasi pertamanya, dia keluar dengan teman-temannya (ya, seorang yang riang  memang  memiliki banyak teman!). Dan mereka akan pergi keluar untuk makan apa yang mereka sukai. Tidak heran usus kecilnya berubah menjadi “sosis yang dikemas dan padat” yang perlu dibuang.

Kemudian putri Jim menambahkan bahwa bahkan setelah operasi kedua, ayahnya tidak belajar dari kesalahan ini. Setelah ia sembuh dari operasi kedua itu, lagi ia pergi keluar dengan teman-teman ke berbagai tempat di Penang mana ada makanan yang enak.

Saya merasa sedih mendengar cerita ini. Tapi itulah caranya. Itulah kebanyakan pasien mau.

Jadi jika Anda bertanya lagi, apa yang bisa terjadi pada DK. Saya akan mengatakan, saya berharap DK tidak akan menjadi seperti Jim. Tapi benar-benar dihati saya, kemungkinan besar cerita DK  pun seperti cerita Jim, kalau ia tidak jaga makanannya.

Semoga beruntung, DK.

 

 

 

 

 

Advertisement